Mudahnya Membaca dengan Metode SQ3R

Picture: http://3-6freeresources.blogspot.co.id

        Di dalam tulisannya, Dra. Lilis Siti Sulistyaningsih, M. Pd dosen Universitas Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa sering kali orang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah buku atau bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah bacaan, kita membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian? Banyak orang yang membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan cara membaca keseluruhan bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu, orang tersebut beranggapan akan dapat memahami bacaan itu dengan baik. Ternyata anggapan tersebut tidak terlalu tepat. Untuk memahami suatu bacaan, tidaklah sekedar membaca, tetapi memerlukan strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik.

        Membaca sebuah buku, dapat dimulai dengan membaca sekilas atau skimming, kemudian dilanjutkan dengan membaca secara intensif. Membaca sekilas bertujuan untuk memperoleh kesan umum dari sebuah buku. Akan tetapi, buku itu juga harus dipelajari secara intensif. Kita tidak hanya membaca buku itu secara meluas, tetapi perlu juga secara mendalam. Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh. Untuk kegiatan membaca seperti itu, kita dituntut untuk relational thinking.

      Di dalam skripsi Titik Rosita yang berjudul Kefektifan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Ekstensif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Blado Kabupaten Batang Tahu  Ajaran 2012/2013 memuat sistem membaca SQ3R yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941, merupakan sistem membaca yang semakin populer digunakan orang. SQ3R merupakan salah satu metode yang dikembangkan sebagai pendukung pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan membaca efektif, yang terdiri dari survey, question, read, recite, dan review. Survey yaitu teknik untuk mengenal bahkan bacaan sebelum membaca, question yaitu siswa merumuskan pertanyaan pada dirinya sendiri untuk dikembangkan ke arah pembentukan pengetahuan, sedang pada tahapan read siswa baru memulai untuk membaca. Recite adalah tahap ketika setelah membaca suatu bagian, berhenti sejenak kemudian mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Sedangkan pada tahap review, siswa merumuskan kembali inti sari dari bahan bacaan yang dibacanya.

      Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan di dalam metode ini, setelah membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya.

        Dilihat dari langkah-langkahnya yang dipaparkan, menurut saya metode ini dapat diterapkan bagi seseorang yang mungkin belum terlalu gemar dengan membaca, karena secara sistematis SQ3R mencoba untuk memberikan alternatif cara mudah untuk membaca. Tidak hanya membaca saja, bahkan dipastikan bacaan yang telah dibaca tersebut terekam dengan baik oleh memori.

       Sebab SQ3R menekankan pada aspek kegiatan membaca, maka metode ini juga perlu dalam setiap pengajaran yang dilakukan guru di kelas. Karena apa? Tidak sedikit juga siswa yang tidak akan mau membaca bila tidak disuruh membaca atau pun ada tugas untuk membaca, merangkum, atapun me-review. Maka di sini guru juga perlu menanamkan rasa gemar membaca pada siswa sejak dini. Dengan cara salah satunya seperti: bila anak sekolah dasar mulai di beri tugas membaca bacaan ringan kemudian mereka di suruh bercerita kembali. Maka mereka akan berusaha untuk mengerti apa yang di maksud dari bacaan tersebut sehingga mereka dapat menceritakan kembali isi dari bacaan tersebut di depan kelas.

       Sedangkan kekurangan yang dimiliki dari metode ini adalah seperti yang dilansir Haryanto di dalam sebuah web kajianpustaka.com bahwa yang pertama metode ini tidak dapat diterapkan pada pokok bahasan fisika, karena mengingat materi fisika yang tidak selamanya mudah dipahami dengan cara membaca saja, melainkan juga perlu adanya penjelasan dan praktikum. Bahkan menurut saya, tidak hanya fisika saja, tetapi juga materi Kimia, Biologi, Olahraga yang mana pelajaran tersebut membutuhkan praktikum lebih lanjut meskipun memang mengetahui materi dengan membaca pun diperlukan, yang kedua adalah guru akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan bacaan untuk masing-masing siswa jika tidak semua siswa memiliki buku bacaan. Maka dengan begini, guru dapat mengantisipasi dengan memfoto kopi bacaan pilihan yang kemudian dapat diberikan kepada seluruh siswa. 

Komentar

Postingan Populer