Review : Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)



Begitu banyak macam strategi, model, metode, teknik dan juga pendekatan pembelajaran yang sudah diterapkan di beberapa sekolah dan perguruan tinggi (PT) yang tujuannya sama-sama selain untuk mendidik peserta didik, juga sebagai variasi gaya belajar yang dapat diterapkan agar peserta didik mampu menggapai kesuksesan dalam belajar. Namun, nampaknya strategi pembelajaran dapat dipilih sebagai jurus mutakhir para pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya. Karena dengan langkah-langkah yang sistematis dan mampu mencakup apa yang menjadi pencapaian pendidik, guru dapat menerapkannya ke dalam forumnya. Memang tidak semua forum dapat mengikuti sebuah strategi tertentu secara maksimal. Namun, guru juga tidak diharuskan untuk menggunakan satu macam strategi saja dalam dekade mengajarnya. Mungkin dua atau tiga strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menghindari efek kebosanan terhadap siswa juga dapat memaksimalkan pemahaman dan penerapan materi yang diberikan.


Menurut Piaget bahwa manusia sejak lahir sudah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga pengetahuan itu memang dicari dan ditemukan oleh usaha manusia itu sendiri[2]. Dan berbekal dengan rasa keingintahuan itulah manusia dapat mengetahui dan melakukan sesuatu yang sebelumnya belum mereka ketahui. Piaget mengembangkan suatu teori pembelajaran yang disebut teori konstruksivisme, dimana teori ini mengkonstruk, membangun, atau mengembangkan suatu pemikiran manusia akan pengetahuan. Tidak stagnan. Dan Trianto, M.Pd menuliskan bahwa Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka sendiri[3]. Dengan demikian, berdasarkan teori yang dikembangkan itulah Piaget merumuskan bahwa peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Bukan sebagai sumber pengetahuan.

Salah satu strategi pembelajaran yang memiliki konsep dasar dengan menggunakan teori konstrutivisme adalah Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI).  Yang mana kata inkuiri berasal dari Bahasa Inggris ‘inquiry’ yang berarti penyelidikan/meneliti. Sehingga siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri terkait permasalahan atau materi yang dibahas. Kemudian dilanjutkan dengan siswa membuat hipotesis (dugaan sementara) sendiri dan melakukan penelitian hingga ia dapat menyimpulkan jawaban yang valid dan absolut berdasarkan kegiatan yang ia lakukan sendiri. Oleh karena itu salah satu hal yang dapat mendukung SPI ini menjadi lebih efektif adalah rasa keingintahuan tinggi siswa.

Selain itu, memang semua pengetahuan yang didapatkan oleh tiap insan akan terasa bermakna. Namun, pengetahuan tersebut akan terasa jauh lebih bermakna jika manusia itu mencari dan mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Dengan rasa ingin tahu sebagai modal utama. Orang tidak akan mengerti sesuatu bila ia tidak memiliki rasa ingin tahu. Sedangkan pengetahuan yang ia terima saja –tanpa ada rasa ingin tahu- hanya sekedar didengar atau dilihat dan tidak dipahami secara mendalam. Karena kata ‘bermakna’ (meaningful) yang dimaksud bukan sekedar mengetahui, tetapi juga dipahami dan ingatan/memori mengenai pengetahuan tersebut akan menjadi memori jangka panjang (long term memory) meskipun ia tak bermaksud untuk menghafalnya.

Namun, nampaknya SPI ini merupakan strategi yang cukup sulit diterapkan di sekolah tingkat dasar atau pun menengah. Karena dengan segala kegiatan mencari pengetahuan sendiri, pada umumnya siswa akan merasa kesulitan jika memang mereka tidak termasuk pada anak yang memiliki daya analisis dan ketelatenan yang kuat. Sedangkan guru hanya sebagai pendorong mereka untuk mau berfikir dan bergerak. Mungkin SPI dapat diterapkan dengan baik bila siswa dihadapkan pada masalah yang ringan dan sesuai dengan tingkat kependidikannya. Tingkat kesulitan suatu problem yang disajikan juga harus diketahui oleh guru, jangan sampai terlalu sulit yang dapat membuat siswa malas mengerjakan ataupun terlalu mudah sehingga siswa tanpa perlu bertindak mereka sudah mengetahui.

Dan dari segala pemaparan yang saya simpulkan mengenai SPI di atas bahwa bukan berarti Strategi Inkuiri merupakan satu-satunya strategi yang terbaik yang dapat diterapkan di kelas. Akan tetapi sekedar menyuluhkan opini mengenai strategi pembelajaran ini. Selain itu, memang terlihat dari prinsip, langkah-langkah dan tujuan SPI ini sangat bagus sekali bagi siswa yang memang ingin mengkonstruk pemikirannya. Tetapi perlu diketahui bahwa tingkat IQ setiap anak di setiap wilayah juga berbeda-beda. Jangan sampai anak-anak di Indonesia disamakan dengan negara yang sudah maju. Yang malah akan memaksa siswa melakukan suatu hal yang diluar kemampuannya. Oleh karena itu guru harus mengerti kebutuhan dan keperluan siswa. Bila SPI ini dirasa sangat sulit dan mandiri, maka guru wajib mendampingi dan membimbing siswa hingga mereka pahan dan dapat melakukan sendiri.

[1] Mahasiswa Sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang.
[2] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media), 196.

[3] Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana Prenada Media), 29. 

Komentar

Postingan Populer